Oleh: Elly Delfia
(Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2018, semasa menjalani program dosen tamu (visiting lecturer) di salah satu universitas di Korea Selatan, saya beberapa kali memakai hanbok. Pakaian tradisional Korea Selatan yang cantik dan menawan itu telah mencuri hati saya.
Saya pertama memakai hanbok pada bulan April di musim semi 2015. Saat itu, saya dan teman-teman dari Asia Tenggara tengah berjalan-jalan ke tempat wisata di daerah Jinhae, tepatnya di Pelabuhan Sokcheonhang Provinsi Gyeongsang Selatan, tempat Festival Gunhangje atau Festival Sakura (Cherry blossom festival) biasanya diadakan. Di sana ada penyewaan hanbok. Saya dan salah seorang teman menyewa hanbok untuk berfoto. Kami berfoto-foto dengan memakai hanbok, layaknya dalam film-film kerajaan dalam Drama Korea. Lalu pada awal musim panas Juni 2018, saya kembali mencoba hanbok saat jalan-jalan bersama seorang sahabat ke Istana Gyeongbok (Gyeongbokgung Palace). Pada pertengahan Desember 2018 saat cuaca memasuki musim dingin, saya kembali memakai hanbok bersama Ibu-ibu dari Universitas Andalas yang melakukan kunjungan akademik ke Korea Selatan.
Melihat hanbok yang cantik dan menawan, saya tertarik untuk mempelajari sejarah dan filosofinya. Hanbok memiliki banyak motif, seperti motif bunga peony, bunga teratai, bunga sakura, delima, dan ada juga motif garis-garis atau simetris, motif binatang seperti naga, kelelawar, kupu-kupu, bangau, harimau dan burung api (phoenix) (Cinti, 2020). Setiap motif mengandung filosofi kehidupan masyarakat Korea. Motif bunga teratai melambangkan harapan, bunga peony melambangkan keagungan, kehormatan, dan kekayaan, serta motif lain masing-masingnya juga mengandung filosofi kehidupan. Dalam sejarahnya, hanbok merupakan sebutan yang digunakan di Korea Selatan, sedangkan di Korea Utara disebut dengan Choson-ot.
Hanbok kabarnya juga memiliki banyak jenis. Jenis hanbok tersebut di antaranya dangui atau pakaian wanita era Dinasti Jeoseon, jeogori pakaian yang dipakai pria dan wanita terbuat dari sutra, gwanbok seragam resmi pejabat sipil dan anggota bela diri Dinasti Jeoseon, durumagi atau mantel hangat pada musim dingin, dopo atau pakaian luar berbentuk jubah yang dipakai raja dan keluarga bangsawan, gonryongpo atau jubah raja-raja Korea yang biasanya bewarna merah, hwarot atau busana pernikahan tradisional Dinasti Jeoseon, serta wonsam atau jubah pernikahan pengantin wanita Dinasti Jeoseon (Gracia, 2022).
Hanbok yang dikenakan musim dingin juga berbeda dengan hanbok yang dikenakan pada musim panas. Pada musim dingin, hanbok terbuat dari bahan sutra dan katun yang dilapisi dengan bahan kapas, sedangkan pada musim panas, hanbok terbuat dari bahan linen dan kain goni. Ciri khas hanbok awalnya memiliki pola simetris atau garis-garis halus dan kesan lembut di bagian pergelangan tangan. Selama lebih dari 5000 tahun, hanbok mempertahankan komposisi dasarnya namun sekarang hanbok telah berubah menjadi berbagai bentuk dan struktur sesuai dengan budaya kehidupan kontemporer, perkembangan zaman, dan kepentingan artistik (indonesia.korea.net.).
Dahulunya, hanbok didominasi warna merah bercampur emas untuk keluarga kerajaan dan putih untuk rakyat biasa. Dalam kehidupan masyarakat Korea modern, hanbok mengalami modernisasi. Hanbok modern memiliki macam-macam warna. Mulai dari perpaduan warna terang sampai warna gelap, seperti merah, merah muda, kuning, biru, hijau, abu-abu dan hitam yang dipadu padan dengan warna-warna cerah lainnya. Hanbok dalam kehidupan masyarakat Korea modern dipakai untuk upacara, seperti upacara pernikahan, merayakan ulang tahun pertama anak, dan juga untuk keperluan seni pertunjukan, seperti tari, musik, teater, drama, dan film.
Hanbok ternyata tidak hanya populer di negaranya, Korea Selatan, tetapi juga populer hingga berbagai belahan dunia yang lain. Hanbok diperkenalkan melalui k-pop dan k-drama yang disebut dengan gelombang budaya Korea (Korean Wave). Hanbok diperkenalkan melalui drama Saeguk atau drama-drama berlatar sejarah kerajaan di masa lampau, seperti Jewel in the Palace, Dong Yi, Empress Ki, The Moon Embracing The Sun, Under the Queen Umbrella, Alchemy of Soul, dan lain-lain. Aktor dan aktris drama saeguk yang tampan dan cantik tampil anggun dan menawan dengan hanbok. Drama saeguk turut menyebarkan pengaruhnya dalam memperkenalkan hanbok pada dunia.
Saat mengunjungi tempat-tempat wisata di Korea Selatan, orang-orang tidak lupa berfoto-foto dengan hanbok. Hanbok memang disewakan di tempat-tempat wisata yang ada di sana, khususnya di tempat wisata yang ada situs tradisional, seperti di Istana Gyeongbok dan Hanok Village. Istana Gyoengbok merupakan salah satu istana yang didirikan masa Dinasti Jeoseon pada tahun 1934. Istana ini termasuk salah satu destinasi wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan di Korea Selatan. Istana Gyeongbok terletak di tengah-tengah Kota Seoul, berhadapan dengan Gwanghwamun square dan pusat perkantoran lainnya.
Di sekitar Istana Gyeongbok dan Gwanghwamun, tersedia penyewaan hanbok dengan harga 10.000 won per 2 jam dan 15.000 won per 4 jam atau sekitar 120 ribu rupiah per 2 jam dan sekitar 170 ribu rupiah per 4 jam. Dengan harga tersebut, pengunjung bisa merasakan sensasi memakai hanbok dan berfoto sepuasnya di spot-spot foto menarik di sekitar Istana Gyeongbok, di stasiun kereta bawah tanah Gwanghwamun, di gerbang Gwanghwamun, di depan patung Raja Sejong, di depan kolam teratai besar yang ada di halaman istana Gyeongbok, dan di berbagai sudut istana, serta di depan Museum Rakyat Nasional Korea (National Folk Museum of Korea) yang menyimpan benda-benda koleksi rakyat Korea Selatan.
Wisatawan berhijab seperti saya tentu tidak perlu khawatir saat memakai hanbok karena bentuk hanbok yang panjang dapat sempurna menutupi tubuh. Hanbok juga tersedia untuk laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Hanbok juga bisa dipakai untuk berfoto-foto bersama keluarga. Bagi teman-teman yang akan berlibur ke Korea Selatan, jangan lupa seru-seruan dengan hanbok.
Akhirnya, hal paling menyenangkan saat berkunjung ke negara lain adalah mengenal budayanya, serupa saya mengenal hanbok, pakaian tradisional masyarakat Korea itu. Pembelajaran menarik yang dapat saya dipetik dari perjalanan ini adalah bahwa pakaian tidak hanya membuat kita tampil cantik dan menawan, tetapi juga menjaga kehormatan dan harga diri. Jadi, berpakaianlah dengan baik dan cantik untuk menjaga kehormatan dan harga diri. Semoga tercerahkan !