Oleh: Annisa Aulia Amanda
(Mahasiswi Program Studi Sastra Indonesia Universitas Andalas)
Sastra adalah alat ungkapan ekspresi tidak langsung, baik berupa kritikan, pernyataan, informasi dan hal-hal lainnya dari seorang penulis dengan medium bahasa. Menurut Samuel Johnson dalam Tarigan (1984:5), puisi adalah luapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal pada emosi yang berpadu kembali dengan kedamaian. Luapan emosional yang dimiliki puisi memiliki keindahan pada penggunaan bahasa yang emotif dan bersifat konotatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konotasi adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata.
Dalam puisi, idiom memainkan peran penting dengan menambah kedalaman dan kekayaan bahasa, sehingga meningkatkan dampak puisi secara keseluruhan. Kridalaksana dalam Pristasianti (2013) menyatakan bahwa idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan unsur pembentuknya. Dalam artikel “Idiom dalam Bahasa Indonesia: Struktur dan Makna”, Khak (2011) menuliskan bahwa idiom digolongkan berdasarkan strukturnya, salah satunya frasa idiom. Frasa merupakan konstruksi sintaksis yang menggabungkan dua atau lebih kata yang tak melebihi batas fungsi (Manaf, 2009). Frasa idiom dapat kita lihat pada puisi “Teratai” karya Sanusi Pane.
Puisi “Teratai” adalah karya yang melukiskan sosok Ki Hajar Dewantara di mata seorang Sanusi sang penyair (Nasiti, 2013). Puisi ini menjadi medium untuk Sanusi dalam melukiskan kekagumannya terhadap seorang Ki Hajar Dewantara yang dilambangkan dengan bunga teratai. Bunga yang berakar kuat dan mampu hidup di lumpur ini pada filosofi spiritualitas Timur melambangkan kemurnian, pencerahan, dan kelahiran kembali (Nasiti, 2013). Emosi yang dimiliki oleh Sanusi Pane diungkapkan melalui puisi ini dengan menggunakan idiom untuk memperindah puisi. Berikut adalah puisi tersebut:
Teratai
Kepada Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tiada terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun berseri, laksmi mengarang
Biarpun dia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
Teruslah, o, teratai bahagia
Berseri di kebun Indonesia
Biarkan sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau turut menjaga jaman
Sanusi Pane, 1957
Pada puisi tersebut dapat ditemukan beberapa idiom yang menjadi pilihan Sanusi dalam puisinya. Pertama “tanah airku”, idiom berikut adalah frasa yang melambangkan bangsa dan negara penyair, yaitu Indonesia. Kedua, ada idiom “kembang indah permai”, menyatakan hal yang tumbuh dengan baik dan elok. Berikutnya idiom “hati dunia”. Dalam baris tersebut, idiom menunjukkan orang-orang yang mendapatkan dampaknya, yaitu masyarakat Indonesia. Sanusi Pane menggambarkan perjuangan seorang Ki Hajar Dewantara yang sangat berdampak terhadap negara khususnya dalam bidang pendidikan.
Lalu, ada idiom “gemilang mulia” yang mengandung makna hal sesuatu yang luar biasa dan terhormat. Ditemukan idiom berikutnya, yaitu “teratai bahagia”, dalam baris, idiom yang digunakan Sanusi menunjukkan dukungannya terhadap perjuangan Ki Hajar Dewantara. Berikutnya idiom “kebun Indonesia” yang dipilih Sanusi dalam merujuk terhadap negara Indonesia karena Ki Hajar Dewantara dilambangkan sebagai bunga teratai. Idiom terakhir yang ditemukan adalah “penjaga taman”, Sanusi menggunakan idiom ini untuk menyebut para pahlawan yang berjuang untuk negara.
Idiom dalam puisi “Teratai” dapat menciptakan kesan gambaran dan kejelasan, memungkinkan seseorang memvisualisasikan adegan dan emosi yang diekspresikan oleh Sanusi. Idiom juga dapat berfungsi sebagai bentuk simbolisme atau alegori dalam puisi, menambah lapisan makna dan kompleksitas pada teks, seperti simbol-simbol yang pada idiom yang ditemukan di atas. Sanusi ingin mengungkapkan kekagumannya dan apresiasinya terhadap Ki Hajar Dewantara melalui puisi tersebut. Ia menceritakan pandangannya terhadap Bapak Pendidikan Indonesia; sikap pantang menyerah dan nasionalisme seorang Ki Hajar Dewantara (Nasiti, 2013).
Idiom memainkan peran penting dalam puisi dengan meningkatkan bahasa, citra, dan keindahan bahasa. Penyair menggunakan idiom untuk membangkitkan emosi, menciptakan gambaran yang jelas, dan menyampaikan makna yang kompleks dalam karya diterbitkan, seperti yang dilakukan oleh Sanusi Pane dalam puisinya, “Teratai” sebagai medium ekspresi kagum terhadap seorang Ki Hajar Dewantara. Pada akhirnya, idiom berfungsi sebagai perangkat sastra yang kuat yang menambah kedalaman dan kekayaan puisi, menjadikannya bentuk ekspresi artistik yang dinamis dan menarik.
Padang, 2024-05-13