Scientia Literasi
No Result
View All Result
Rabu, November 29, 2023
  • Artikel
  • Cerpen
  • Klinik Bahasa
  • Kreatika
  • Puisi
  • Renyah
  • Artikel
  • Cerpen
  • Klinik Bahasa
  • Kreatika
  • Puisi
  • Renyah
No Result
View All Result
Scientia Literasi
No Result
View All Result
Home Literasi Artikel

Budaya Ketupat pada Hari Raya Idulfitri di Indonesia

7 Mei 2023
Reading Time:3min read
0

Oleh: Roma Kyo Kae Saniro
(Dosen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

 

Ketupat adalah makanan yang sangat terkait dengan perayaan Hari Raya Idulfitri di Indonesia. Idulfitri atau Hari Raya Idulfitri sendiri berasal dari kata “fitr” yang berarti kembali fitrah, yakni kembali kepada kesucian dan kemurnian hati setelah melewati bulan suci Ramadan yang penuh dengan ibadah, puasa, dan pengorbanan. Hari Raya Idulfitri dirayakan pada hari pertama bulan Syawal dalam kalender Hijriyah setelah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan.

Ketupat dan Idulfitri memiliki sejarah panjang di Indonesia. Sejarah ini bermula dari masuknya agama Islam ke Indonesia pada abad ke-13. Tradisi ketupat dan Idulfitri sudah ada sejak zaman kerajaan Islam di nusantara. Pada zaman itu, kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Banten, dan Mataram memperingati Idulfitri dengan cara menggelar berbagai acara seperti pentas seni dan budaya serta membagikan makanan ketupat kepada rakyat miskin. Selain itu, ketupat dianggap sebagai makanan yang praktis dan mudah disimpan untuk para pejuang Islam yang sedang dalam perjalanan untuk berperang melawan penjajah.

Seiring dengan perkembangan zaman, ketupat semakin populer di Indonesia dan berkembang menjadi makanan khas yang dikonsumsi saat Idulfitri. Ketupat kini bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Ketupat diperkirakan berasal dari tradisi masyarakat Arab yang menyajikan nasi dalam daun kelapa sebagai hidangan yang mudah dibawa saat melakukan perjalanan jauh. Ketupat kemudian dikenal sebagai bagian dari budaya makanan Indonesia.

Ketupat adalah nasi yang dimasak dalam anyaman daun kelapa yang kemudian dipotong-potong menjadi segitiga dan disajikan dengan berbagai macam hidangan, seperti opor ayam, rendang, dan sambal goreng. Setiap rumah pada Hari Raya Idulfitri pasti akan membuat ketupat untuk disajikan bersama hidangan khas Idulfitri lainnya. Bahkan, di beberapa daerah di Indonesia, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatra, ada tradisi saling bertukar ketupat antara tetangga dan kerabat sebagai bentuk silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan.

Terdapat beberapa alasan ketupat menjadi makanan yang populer saat Idulfitri di Indonesia. Pertama, ketupat mudah disimpan dan dapat disimpan dalam waktu yang lama tanpa perlu khawatir akan rusak atau basi. Ketupat juga terbuat dari daun kelapa dan beras yang mudah didapat sehingga ketupat menjadi makanan yang mudah dibuat dan populer.

Kedua, ketupat memiliki makna filosofis yang dalam, yang melambangkan kesucian, persatuan, dan kerendahan hati. Bentuk ketupat yang segi tiga melambangkan tiga unsur pokok kehidupan, yaitu manusia, alam, dan Tuhan. Kemudian ketupat juga melambangkan persatuan karena  terdiri dari banyak anyaman daun kelapa yang menyatu dan tidak bisa dipisahkan. Dalam hal ini, ketupat menjadi simbol persatuan dan kebersamaan dalam kehidupan sosia dari masyarakat Indonesia yang beragam. Dalam tradisi Islam, ketupat dianggap sebagai simbol bulan Ramadan yang penuh dengan puasa, kesabaran, dan pengorbanan.

Ketiga, ketupat merupakan salah satu bentuk  budaya saling berbagi makanan pada saat Idulfitri dan memperkuat tali persaudaraan. Bentuk segiempat ketupat berasal dari cara pembungkusannya yang terbuat dari daun kelapa yang dilipat dan didinginkan pada keempat sudutnya. Bentuk segiempat memudahkan proses pembungkusan ketupat karena daun kelapa dapat dilipat dan dibentuk dengan mudah, dan membuat ketupat dapat diletakkan secara rapi dan aman saat proses pemasakan. Selain itu, bentuk segi empat juga memudahkan dalam penyimpanan dan transportasi. Ketupat yang berbentuk segiempat dapat disusun dalam tumpukan secara rapi dan dapat diangkut dengan mudah. Oleh sebab itu, bentuk segiempat menjadi bentuk tradisional yang populer dan dipertahankan dalam pembuatan ketupat di Indonesia. Bentuk segiempat juga dianggap memiliki nilai filosofis yang mendalam dan melambangkan kesucian serta keteguhan hati dalam menghadapi kehidupan.

Terkait dengan bentuknya, ketupat biasanya berbentuk segiempat. Namun, di beberapa daerah di Indonesia terdapat juga ketupat bulat atau ketupat segitiga. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk ketupat dapat berbeda-beda tergantung pada kebiasaan dan tradisi masyarakat setempat. Secara mayoritas, ketupat di Indonesia umumnya dibuat dalam bentuk segiempat. Ketupat segiempat lebih mudah dibuat dan diikat dengan daun kelapa dibandingkan dengan bentuk segitiga atau bentuk lainnya. Ketupat segiempat memiliki bentuk yang rapi dan mudah dipotong menjadi bagian-bagian yang sama besar sehingga lebih mudah untuk dibagikan dan disajikan saat berkumpul dengan keluarga saat Idulfitri. Kemudian, bentuk segiempat juga memiliki arti simbolis dalam kebudayaan Indonesia yang melambangkan kesempurnaan, keharmonisan, dan ketertiban. Oleh sebab itu, ketupat segiempat dianggap sebagai makanan yang membawa keberuntungan dan kesuksesan, serta melambangkan persatuan dan kebersamaan dalam keluarga dan masyarakat Indonesia.

Tidak mengherankan jika ketupat menjadi makanan yang sangat populer pada saat Idulfitri di Indonesia. Hingga saat ini, tradisi memasak ketupat untuk perayaan Idulfitri masih dilestarikan masyarakat Indonesia dan menjadi bagian penting warisan budaya Indonesia.

Tags: #Roma Kyo Kae Saniro
ShareTweetSendShare

Related Posts

Artikel

Toleran Beragama: Suatu Keniscayaan

26 November 2023
Artikel

Ujaran Kebencian di Media Sosial

26 November 2023
Rendang Minang Juara: Dari  Identitas Budaya Menuju Penguatan  Ekonomi Lokal
Artikel

Jalan Mendaki Transformasi Universitas Andalas

26 November 2023
Penggambaran Perempuan Muda dalam Serial Hello, My Twenties! Season 1
Artikel

The Day Before the Wedding (2023): Simbol Integral Kemerdekaan Perempuan

19 November 2023
Petualangan Sherina 2: Nostalgia Generasi 90-an
Artikel

Representasi Tradisi dalam Film Saranjana

19 November 2023
Novel Sang Pemimpi Analisis Strukturalisme Genetik
Artikel

Novel Sang Pemimpi Analisis Strukturalisme Genetik

19 November 2023
Next Post
Puisi-puisi Ria Febrina

Kombinasi Afiks me–kan

Satu Tikungan Lagi

Sediakan Jas Hujan Sebelum Bepergian

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended Stories

Jelajah Kata: Ramadhan atau Ramadan?

Salah Kaprah dengan Kata Sedikit, Mungkin, dan Kebetulan

5 September 2021
Konjungsi Penanda Waktu dalam Bahasa Indonesia

Konjungsi Penanda Waktu dalam Bahasa Indonesia

19 Maret 2023
Puisi-puisi Danang Susena

Puisi-puisi Danang Susena

22 Oktober 2023

Popular Stories

  • Puisi-Puisi Annisa Berliana

    Puisi-Puisi Annisa Berliana

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Balada Kaderisasi di Tengah Pandemi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komersialisasi Tari Kecak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cara Penulisan Gabungan Kata dalam bahasa Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pestisida Nabati, Sahabat Baru Pencinta Tanaman di Masa Pandemi Covid-19

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Literasi

© 2021
pt. Scientia Insan Cita Indonesia

Navigasi Situs

  • Tentang Kami
  • Redaksi Scientia
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Cerpen
  • Klinik Bahasa
  • Kreatika
  • Puisi

© 2021
pt. Scientia Insan Cita Indonesia